Nilai Kejujuran
Ditulis Oleh Al Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda (artinya), “Barangsiapa mengatakan kepada anak kecil,
“Kemarilah, saya akan memberimu sesuatu,’ Kemudian ia tak memberi
sesuatu, maka berarti ia telah melakukan kedustaan.” (HR. Ahmad, dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Kejujuran memiliki arti teramat
penting. Sebab, tanpa kejujuran hubungan sesama manusia tak akan
terjaga. Saat seseorang bersikap tidak jujur, senyatanya ia tengah
membangun kebencian orang lain pada dirinya. Tak akan ada lagi cinta
baginya. Pupus sudah kepercayaan orang pada dirinya.
Orang tua bijak pernah menasihati anaknya seraya berucap:
يا بني إذا وعدت فلا تخلف، فتستبدل بالمودة بغضا
“Wahai anakku, bila engkau telah berjanji hendaklah jangan kau
ingkari. Karena, itu sama saja bagi dirimu dengan memupus cinta dan
menggantinya dengan kebencian.”Ya, lantaran sikap tak jujur, pupuslah cinta, tumbuhlah kebencian. Setelah itu, bisa merembet pada permusuhan, bakutikai dan saling membunuh.
Karenanya, kejujuran itu teramat bernilai. Seseorang yang jujur akan diliputi ketenangan. Sedang orang yang tak jujur akan diliputi sikap bingung, gugup, tak tenang.
فإن الصدق طمأنينة و الكذب ريبة
“Maka, sungguh kejujuran itu menenangkan. Adapun berbuat dusta
menjadikan bingung, gugup.” (HR. Tirmidzi, Al-Hasan bin Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu ‘anhuma)
Tepatilah apa yang telah
dijanjikan. Baik janji itu terhadap anak kecil yang belum mengerti
apapun. Atau, janji itu terhadap orang yang telah dewasa. Kepada
siapapun, bila telah berjanji, hendaklah tepati janji itu.
Janganlah menjerembabkan diri pada kebinasaan.
“Sesungguhnya kejujuran itu menunjuki ke suatu kebaikan, dan kebaikan itu menunjuki ke surga. Sungguh, seseorang yang benar-benar berbuat jujur, hingga dirinya dicatat disisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sungguh dusta itu akan menunjuki ke dosa. Dan sungguh dosa itu mengarahkan pemikulnya ke neraka. Sungguh, seseorang yang benar-benar pendusta, hingga dirinya dicatat disisi Allah sebagai pendusta.” (terjemah HR. Bukhari-Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).
Allah Ta’ala telah memerintahkan hamba-hamba-Nya menjadi manusia-manusia yang jujur. Firman-Nya (artinya):
“Sesungguhnya kejujuran itu menunjuki ke suatu kebaikan, dan kebaikan itu menunjuki ke surga. Sungguh, seseorang yang benar-benar berbuat jujur, hingga dirinya dicatat disisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sungguh dusta itu akan menunjuki ke dosa. Dan sungguh dosa itu mengarahkan pemikulnya ke neraka. Sungguh, seseorang yang benar-benar pendusta, hingga dirinya dicatat disisi Allah sebagai pendusta.” (terjemah HR. Bukhari-Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).
Allah Ta’ala telah memerintahkan hamba-hamba-Nya menjadi manusia-manusia yang jujur. Firman-Nya (artinya):
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan
hendaklah kalian bersama orang-orang yang jujur.” (At-Taubah;119).
Wallahu a’lam
0 comments:
Post a Comment